A.Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Di dalam bidang pengolahan hasil
peternakan terutama yang menyangkut masalah teknologi hasil ternak untuk
meningkatkan kualitas produksi tidak bisa lepas dari penelitian dan
pengujian yang sudah pasti pengujian tersebut menggunakan alat-alat yang
berteknologi canggih. Mulai dari proses pengujian awal sampai tahap
produksi semua membutuhkan alat. Banyak sekali teknologi canggih yang
telah dipakai dalam bidang peternakan terutama pada bagian
pengolahanya,mulai dari yang sederhana sampai yang rumit.
Berawal dari kemajuan IPTEK tersebut maka
sangat diharapkan terutama bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang
peternakan khususnya kita sebagai calon sarjana peternakan harus
benar-benar menguasai semua jenis teknologi yang berhubungan dengan
bidang peternakan demi mengembangkan potensi dan sumber daya peternakan
Indonesia.
Kita tahu bahwa sebenarnya Indonesia
memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkanya peternakan,
karena masih banyak lahan-lahan kosong yang masih belum dimanfaatkan
secara maksimal terutama daerah di luar Jawa. Di tambah lagi kebutuhan
akan produk peternakan terutama daging dan susu yang masih belum bisa
menyediakan secara maksimal untuk negeri dan sampai sekarang bangsa
Indonesia masih mengandalkan imppor dari negera lain dengan harga yang
relatif mahal. Selain itu,seandainya bisa memproduksi sendiri
kualitasnya pun masih sangat rendah dan belum mampu bersaing dengan
nagara lain.
Itu semua merupakan tanggung jawab kita
semua terutama orang peternakan untuk terus mengembangkan dan
menciptaknan inovasi baru dalam meningkatkan potensi,kualitas
produksi,dan sumber daya manusianya agar dunia peternakan Indoesia dapat
berkembang pesat dengan berstandar IPTEK.,mampu memenuhi kebutuhan
produksi ternak dalam negeri,dapat menekan harga jual sehingga semua
lapisan masyarakat mampu menikmati hasil peternakan dalam negeri.
Dalam pembahasan kali ini mengenai
perkembangan IPTEK dalam bidang peternakan kita akan membahas tentang
alat-alat yang digunakan dalam pegolahan hasil peternaknan.Karena sangat
banyak sekali alat yang digunakan,maka kami lebih memfokuskan pada
sebuah alat yaitu KROMATOGRAFI.Dalam laporan praktikum ini akan dibahas
secara detail mengenai apa dan bagaimana serta seperti apa prinsip
kerjanya,dan masih banyak lagi hal-hal yang akan dibahas.
1.2 Tujuan praktikum
1.Memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Peralatan dan Teknik Analisis Laboratorium.
2.Mengenal dan mengetahui prinsip kerja,prosedur kerja,analisis senyawa.
3.Membuat rancangan laporan akhir kromatografi.
1.3 Manfaat praktikum
1.Mampu menggunakan kromatografi sesuai prosedur yang benar.
2.Mampu menganalisis suatu senyawa dengan benar.
3.Mampu melakukan analisis secara kromatografi kertas.
4.Memahami prinsip pemisahan dan alat-alat yang digunakan.
B. Tinjauan Pustaka
Kromatografi adalah suatu teknik
pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase
gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang
berada pada larutan.Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan
melewati kolom yang merupakan fase diam.Molekul yang memiliki ikatan
yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding
molekul yang berikatan lemah.Dengan ini, berbagai macam tipe molekul
dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.Setelah komponen
terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa dengan
menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih
lanjut.Beberapa alat-alat analitik dapat digabungkan dengan metode
pemisahan untuk analisis secara on-line (on-line analysis) seperti:
penggabungan kromatografi gas (gas chromatography) dan kromatografi cair
(liquid chromatography) dengan mass spectrometry (GC-MS dan LC-MS),
Fourier-transform infrared spectroscopy (GC-FTIR), dan diode-array
UV-VIS (HPLC-UV-VIS). (Tissue BM. 2000)
Jenis Kromatografi diantaranya adalah
Kromatografi Cair (LiquidChromatography)Kromatografi cair merupakan
teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang terlarut dalam
suatu larutan. Jika larutan sampel berinteraksi dengan fase stasioner,
maka molekul-molekul didalamnya berinteraksi dengan fase stasioner;
namun interaksinya berbeda dikarenakan perbedaan daya serap
(adsorption), pertukaran ion (ion exchange), partisi (partitioning),
atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah satu dengan yang
lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit komponen
tersebut melewati kolom.Terdapat beberapa jenis kromatografi cair,
diantaranya: reverse phase chromatography, High Performance Liquid
Chromatography (HPLC), size exclusion chromatography, serta
supercritical fluid chromatography. Reverse phase chromatographyReverse
phase chromatography merupakan alat analitikal yang kuat dengan
memadukan sifat hidrofobik serta rendahnya polaritas fase stasioner yang
terikat secara kimia pada padatan inert seperti silika.Metode ini biasa
digunakan untuk proses ekstraksi dan pemisahan senyawa yang tidak mudah
menguap (non-volatile).(Bordanaro J, Yip K. 2001)
High performance liquid
chromatographyHigh performance liquid chromatography (HPLC) mempunyai
prinsip yang mirip dengan reverse phase.Hanya saja dalam metode ini,
digunakan tekanan dan kecepatan yang tinggi.Kolom yang digunakan dalam
HPLC lebih pendek dan berdiameter kecil, namun dapat menghasilkan
beberapa tingkatan equilibrium dalam jumlah besar.Size exclusion
chromatographySize exclusion chromatography, atau yang dikenal juga
dengan gel permeation atau filtration chromatography biasa digunakan
untuk memisahkan dan memurnikan protein.Metode ini tidak melibatkan
berbagai macam penyerapan dan sangat cepat.Perangkat kromatografi berupa
gel berpori yang dapat memisahkan molekul besar dan molekul
kecil.Molekul besar akan terelusi terlebih dahulu karena molekul
tersebut tidak dapat penetrasi pada pori-pori.(Yuningsih.2008)
Kromatografi Pertukaran Ion (Ion-Exchange
Chromatography)Kromatografi pertukaran ion (ion-exchange
chromatography) biasa digukanan untuk pemurnian materi biologis, seperti
asam amino, peptida, protein.Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe,
yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar).Terdapat dua tipe
pertukaran ion, yaitu pertukaran kation (cation exchange) dan pertukaran
anion (anion exchange).Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatan
negatif; sedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatan
positif.Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati
kolom.Jika muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut
akan terelusi.Namun jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom,
maka molekul tersebut akan membentuk ikatan ionik dengan kolom.Untuk
mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan
dengan pH dan kekuatan ionik tertentu.Pemisahan dengan metode ini
sangat selektif dan karena biaya untuk menjalankan metode ini murah
serta kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal
proses keseluruhan.( Bordanaro J, Yip K.2010)
Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat
dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem
multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi
partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam
percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer dan fasa
mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada
adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar
partikel yang ter adsorbsi.Contoh khas kromatografi partisi adalah
kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien
untuk pemisahan senyawa organic.Kolomnya (tabung gela) diisi dengan
bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan
adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian
diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh
adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi
tetes dari atas kolom.Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang
turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben
(fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami
proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk
masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi
masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan
membentuk beberapa lapisan.Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi
dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R
didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).
( McKay P. 2010)
Kromatografi kertas
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi
kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi kolom.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian
digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam
pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja
beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat
digunakan.Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam
amino dengan sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat
mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah menguap
(tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling
sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi
penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik bagi
mereka.Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994)
adalah orang pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan
kromatografi kertas. Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas
secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara
fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut mencapai ujung atas kertas
proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang
jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino
diidentifikasi.Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas
yang luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua
dimensi dengan dua pelarut. (Hargreaves S. 2010)
Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan
kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi
gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).Umumnya, untuk
kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon
teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular
diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis.
Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut
gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon
monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.Dalam
kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang
diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring
molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom.
Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa
disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara
fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa
yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.Metoda ini
khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap
seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri
dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.Efisiensi
pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan
cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui
efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih
khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi
kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah
tujuannya analisik atau preparatif. (James.2003)
C. Metode Praktikum
1.1 Alat
1.Bejana/toples yang ditutup aluminium foil 1 buah
2.Kertas Whatman/menggunakan kertas saring Whatman
3.Tempat pelarut
4.Batang lidi ukuran 15 cm sebagai penggantung kertas
5.Blower untuk pengeringan kertas
6.Sinar UV untuk melihat warna sampel yang kurang jelas
1.2 Bahan : Pelarut :
1.Safranin Heksan:metanol:ethil asetat =1:1:1
2.Sirup
3.Methylen blue
4.Minyak
1.3 Prosedur kerja
1.Potong kertas Whatman sesuai kebutuhan dan ukuran bejana yang ada
2.Garis tipis dengan pensil dengan jarak 2 cm dari sisi bawah kertas
3.Beri tanda titik tempat sampel akan diletakkan dengan jarak 1,5-2 cm jarak tiap sampel
4.Letakkan sampel pada tiap titik sebanyak 10 ul memakai pipet kapiler
5.Sampel dikeringkan dengan blower
6.Masukkan pelarut dengan ketinggian 1-1,5 cm ke dalam bejana
7.Masukkan kertas Whatman yang telah ditetesi sampel
8.Lakukan pengembangan selama 10-15
menit/sampai pelarut hampir mencapai batas ke-tinggian 2 cm dari batas
atas/dengan ketinggia secukupnya sesuai keperluan,jika pelarut sampai
tengah kertas saring telah menunjukkan pemisahan sudah bisa dihentikan
9.Berilah tanda batas pelarut bagian atas
10.Tentukan nilai Rf dengan rumus (Rf)
11.Lakukan pengamatan,tulis hasil dan pembahasan terhadap senyawa dan komponen pada Kromatogram
D.Hasil dan pembahasan
Kromatografi adalah alat/metode untuk
memisahkan senyawa berdasarkan 2 fase yaitu fase diam dan fase
gerak.Fase diam adalah kertas Whatman dan fase geraknya adalah
pelarut.Dalam kromatografi ada 2 prinsip dasar yaitu absorbsi dan
partisi.Absorbsi adalah penyerapan dan pengikatan zat warna,sedangkan
partisi adalah pemisahan zat warna.Ada 2 fase dalam penggunaan
kromatografi yaitu fase gerak dan fase cair.Hal ini jika dibandingkan
dengan dengan literatur adalah sama.Dalam literatur tertulis :
“ Kromatografi adalah suatu teknik
pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase
gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang
berada pada larutan.Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan
melewati kolom yang merupakan fase diam.Molekul yang memiliki ikatan
yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding
molekul yang berikatan lemah.Dengan ini, berbagai macam tipe molekul
dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.Setelah komponen
terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa dengan
menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih
lanjut.Beberapa alat-alat analitik dapat digabungkan dengan metode
pemisahan untuk analisis secara on-line (on-line analysis) seperti:
penggabungan kromatografi gas (gas chromatography) dan kromatografi cair
(liquid chromatography) dengan mass spectrometry (GC-MS dan LC-MS),
Fourier-transform infrared spectroscopy (GC-FTIR), dan diode-array
UV-VIS (HPLC-UV-VIS). (Tissue BM. 2000) “
Dalam pembuatan pelarut digunakan 3 macam
bahan yaitu heksan,metanol,dan ethil asetat dengan perbandingan
masing-masing 1:1:1.Heksan bersifat non polar,metanol bersifat polar,dan
ethil asetat bersifat semi polar.Bahan yang digunakan adalah
minyak,safranin,methylen blue,dan sirup.
Semakin jauh jarak yang ditempuh
komponen/sampel maka sifat sampel tersebut semakin non polar sedangkan
yang menempuh jarak terpendek maka sampel tersebut semakin bersifat
polar.Dengan kata lain semakkin besar nilai Rf maka semakin non
polar.Alat dan bahan yang digunakan adalah :
Alat : 1.Bejana/toples yang ditutup aluminium foil 1 buah
2.Kertas Whatman/menggunakan kertas saring Whatman
3.Tempat pelarut
4.Batang lidi ukuran 15 cm sebagai penggantung kertas
5.Blower untuk pengeringan kertas
6.Sinar UV untuk melihat warna sampel yang kurang jelas
Bahan :
1.Safranin
2.Sirup
3.Methylen blue
4.Minyak
Pelarut :
Heksan:metanol:ethil asetat =1:1:1
Prosedur kerja :
1.Potong kertas Whatman sesuai kebutuhan dan ukuran bejana yang ada
2.Garis tipis dengan pensil dengan jarak 2 cm dari sisi bawah kertas
3.Beri tanda titik tempat sampel akan diletakkan dengan jarak 1,5-2 cm jarak tiap sampel
4.Letakkan sampel pada tiap titik sebanyak 10 ul memakai pipet kapiler
5.Sampel dikeringkan dengan blower
6.Masukkan pelarut dengan ketinggian 1-1,5 cm ke dalam bejana
7.Masukkan kertas Whatman yang telah ditetesi sampel
8.Lakukan pengembangan selama 10-15
menit/sampai pelarut hampir mencapai batas ketinggian 2 cm dari batas
atas/dengan ketinggia secukupnya sesuai keperluan,jika pelarut sampai
tengah kertas saring telah menunjukkan pemisahan sudah bisa dihentikan
9.Berilah tanda batas pelarut bagian atas
10.Tentukan nilai Rf dengan rumus (Rf)
11.Lakukan pengamatan,tulis hasil dan pembahasan terhadap senyawa dan komponen pada Kromatogram
E. Kesimpulan dan saran
1.Kromatografi adalah alat/metode untuk
memisahkan sampel berdasarkan 2 fase,yaitu fase gerak (pelarut) dan fase
diam (kertas whatman)
2.Kromatografi ada 2 prinsip yaitu absorbsi (penyerapan dan pengikatan zat warna) dan partisi (pengikatan zat warna)
3.Semakin tinggi nilai Rf maka semakin
non polar sampel yang diuji dan sebaliknya,semakin rendah nilai Rf maka
semakin polar sampel yang diuji Dalam melakukan analisis pemisahan suatu
senyawa dengan menggunakan kromatografi sebaiknya dilakukan dengan
sangat teliti terutama dalam mengukur tinggi/jarak yang ditempuh sampel
maupun pelarutnya,jika panjang warnanya kurang jelas bisa dilihat
menggunakan sinar UV agar hasilnya lebih akurat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar